Sebuah lemari pajangan berdiri di sudut ruang
tamu. Lemari ini terbuat dari kayu ek. Usianya sudah sangat tua, sehingga
warnanya telah menghitam. Dari atas ke bawah,dipenuhi ukiran bunga mawar, tuli,
dan dedaunan. Dikanan-kirinya terdapat ukiran 2 kepala rusa dengan tanduknya
yang bercabang-cabang. Tepat ditengahnya, terdapat sebuah ukiran laki-laki aneh
yang berkaki kambing, mulutnya menyeringai, kepalanya bertanduk dan berjenggot
sangat panjang. Anak-anak pemilik rumah menjuluki lelaki aneh itu dengan nama
Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing.Gelarnya sangat
panjang dan susah untuk diingat. Teman-temannya yang terbuat dari batu maupun
kayu, tak ada yang memiliki gelar sekeren itu. Dia berdiri tepat di
tengah-tengah lemari dan matanya selalu menatap ke arah meja dibawah cermin.
Sebab, di atas meja tersebut berdiri sebuah boneka gembala dari porselen yang
sangat cantik, gaunnya mengembang dengan bunga mawar yang tersemat di dadanya,
sepatu dan topinya bersepuh emas, tangannya memegang sebuah tongkat gembala. Di
sebelah patung gembala tersebut, berdiri sebuah patung penyapu cerobong yang
juga terbuat dari porselen, patung pembersih cerobong ini bersih dan rapi,
sebetulnya ia pantas untuk menjadi pangeran, walaupun seluruh tubuhnya hitam
legam, wajahnya segar dan kemerahan. Mungkin pembuatnya keliru karena
seharusnya wajah penyapu cerobong juga hitam, penyapu cerobong ini memiliki
sebuah tangga kecil porselen di punggungnya. Dari dulu, ia dan gadis gembala berdiri
berdekatan. Akhirnya mereka jatuh cinta dan mengucapkan janji setia. Mereka
adalah pasangan yang sangat serasi, keduanya masih muda juga sama-sama
terbuatdari porselen, juga sama-sama mungil dan rapuh.
Di dekat mereka berdiri sebuah patung lelaki cina tua yang besarnya 3 kali lipat dari mereka. Patung ini memiliki kepala yang dapat diangguk-anggukkan, patung ini mengaku behwa dia kakek si gadis gembala. Meskipun tak dapat membuktikannya, dia selalu bersikeras berkata bahwa ia adalah kakek si gadis gembala.Karena itu, saat Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing melamar gadis gembala, dia mengangguk setuju.
Kemudian patung tua itu berkata pada gadis gembala bahwa gadis gembala akan menjadi istri dari Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Namun gadis gembala menolak sebab Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing telah memiliki 11 istri dari porselen. Lalu patung tua itu berkata bahwa gadis gembala harus menikah dengan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing pada malam itu, dan mengangguk lalu tertidur.
Gadis gembala itu menangis, lalu menoleh kepada tunangannya, penyapu cerobong. Gadis gembala itupun langsung mengajak penyapu cerobong berkelana ke dunia luas. Penyapu cerobong itu setuju pada usul tunangannya. Namun, gadis gembala menjadi bingung sebab mana mungkin ia dan penyapu cerobong dapat turun dari meja tanpa cedera.
Dengan segera penyapu cerobong memberi contoh bagaimana menapakkan kaki pada ukiran sudut meja, lalu pada ukiran dedaunan yang melingkar sepanjang kaki meja, Dia juga membantunya dengan tangga kecilnya. Akhirnya mereka sampai di lantai. Tapi ketika menoleh melihat ke arah lemari pajangan, mereka melihat semuanya bergerak. Kepala menjulurkan lehernya sehingga tanduknya bertambah tinggi, dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing meloncat-loncat dan memberi tahu patung tua bahwa mereka lari. Gadis gembala dan penyapu cerobong takut bukan main. Mereka meloncat ke dalam sebuah laci terbuka di bawah ambang jendela.
Di dalam laci tersebut terdapat kartu-kartu dan boneka-boneka. Mereka sedang bermain sandiwara yang mengisahkan dua orang yang saling cinta tapi tak dapat menikah. Gadis gembala itu terharu dan menangis karena kisah itu seperti kisahnya sendiri.
Karena tak tahan lagi maka gadis gembala mengajak penyapu cerobong pergi. Ketika telah sampai di lantai, mereka melihat ke arah meja, mereka melihat patung tua itu sudah bangun. Tubuhnya bergoyang-goyang karena marah. Karena mengetahui kakeknya mengejar mereka, gadis gembala jatuh terduduk dan terisak-isak.
Penyapu cerobong itu kemuadian menenangkan gadis gembala. Lalu mengajak gadis gembala bersembunyi di balik vas bunga besar di sudut ruangan. Namun gadis gembala itu menolak karena vas bunga besar itu adalah tunangan kakeknya. Maka gadis gembala itu memutuskan untuk berkelana di dunia luas. Namun penyapu cerobong berusaha mengingatkan gadis gembala bahwa jika sudah keluar, mereka tidak akan dapat ,kembali lagi karena dunia ini sangatlah luas. Namun gadis gembala itu sudah yakin akan keputusannya.
Lalu penyapu cerobong itu melihat kearah gadis gembala. Dilihatnya gadis itu memang sudah mantap, jadi ia Mengajak gadis gembala keluar melalui cerobong asap. Dibimbingnya gadis itu keluar melalui Lubang perapian. Gadis gtembala itupun mengeluh karena lubang cerobong itu sangat gelap namun, ia tetap masuk kedalam lubang perapian itu.
Dari dalam lubang perapian itu, penyapu cerobong menunjukkan sebuah bintang yang berkilauan di atas langit. Sinarnya masuk ke dalam cerobong asap, seolah menerangi jalan mereka. Mereka merambat naik pelan-pelan. pipa itu licin dan terasa seperti tak ada habisnya. Penyapu cerobong itu membantu gadisnya dengan hati-hati menunjukkan tempat-tempat dimana gadis itu dapat menapakkan kaki porselennya yang mungil. Akhirnya mereka tiba di tepi pipa cerobong dan beristirahat di sana.
Di langit, bintang-bintang bertaburan. Di bawah mereka atap-atap rumah. DAri tempat-tempat tinggi itu mereka bisa melihat jauh sekali. Gadis gembala itu tak menyangka bahwa dunia sangat luas. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu penyapu cerobong dan menangis tersedu-sedu karena takut.
Gadis gembala pun membujuk penyapu cerobong agar dapat mengantarnya kembali ke meja kecil di bawah cermin. Penyapu cerobong membujuknya, mengingatkannya pada kakeknya dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Tapi si gadis menangis sedih sehingga akhirnya penyapu cerobong menyerah.
Dengan susah payah, mereka merambat menuruni pipa cerobong dan sampai ke perapian yang gelap. Mereka bersembunyi di belakang pintu sebentar dan mengintip ke dalam. Astaga, ternyata patung lelaki Cina tua itu terbaring di lantai. Ketika mengejar mereka, patung itu Meloncat dari meja. Lalu jatuh dan pecah menjadi 3. Kepalanya menggelinding ke sudut. Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing masih berdiri ditempatnya dan memikirkan apa yang terjadi.
Gadis gembala itu merasa karena salahnyalah kakeknya pecah. Dan penyapu cerobong itu menghiburnya dengan cara memberi tahu cara membetulkan kakeknya. Lalu, mereka naik ke atas meja dan berdiri lagi di tempat semula.
Akhirnya, Patung tua itu dibetulkan oleh pemilik rumah itu. Dia menjadi utuh kembali namun tak dapat menganggukkan kepalanya lagi. Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing bersyukur karena patung tua itu utuh kembali dan dapat merestui pernikahannya dengan gadis gembala. Namun patung tua itu diam saja. Akhirnya, patung tua itu membiarkan gadis gembala dan penyapu cerobong menikah dan saling mencintai hingga mereka hancur berkeping-keping.
Di dekat mereka berdiri sebuah patung lelaki cina tua yang besarnya 3 kali lipat dari mereka. Patung ini memiliki kepala yang dapat diangguk-anggukkan, patung ini mengaku behwa dia kakek si gadis gembala. Meskipun tak dapat membuktikannya, dia selalu bersikeras berkata bahwa ia adalah kakek si gadis gembala.Karena itu, saat Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing melamar gadis gembala, dia mengangguk setuju.
Kemudian patung tua itu berkata pada gadis gembala bahwa gadis gembala akan menjadi istri dari Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Namun gadis gembala menolak sebab Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing telah memiliki 11 istri dari porselen. Lalu patung tua itu berkata bahwa gadis gembala harus menikah dengan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing pada malam itu, dan mengangguk lalu tertidur.
Gadis gembala itu menangis, lalu menoleh kepada tunangannya, penyapu cerobong. Gadis gembala itupun langsung mengajak penyapu cerobong berkelana ke dunia luas. Penyapu cerobong itu setuju pada usul tunangannya. Namun, gadis gembala menjadi bingung sebab mana mungkin ia dan penyapu cerobong dapat turun dari meja tanpa cedera.
Dengan segera penyapu cerobong memberi contoh bagaimana menapakkan kaki pada ukiran sudut meja, lalu pada ukiran dedaunan yang melingkar sepanjang kaki meja, Dia juga membantunya dengan tangga kecilnya. Akhirnya mereka sampai di lantai. Tapi ketika menoleh melihat ke arah lemari pajangan, mereka melihat semuanya bergerak. Kepala menjulurkan lehernya sehingga tanduknya bertambah tinggi, dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing meloncat-loncat dan memberi tahu patung tua bahwa mereka lari. Gadis gembala dan penyapu cerobong takut bukan main. Mereka meloncat ke dalam sebuah laci terbuka di bawah ambang jendela.
Di dalam laci tersebut terdapat kartu-kartu dan boneka-boneka. Mereka sedang bermain sandiwara yang mengisahkan dua orang yang saling cinta tapi tak dapat menikah. Gadis gembala itu terharu dan menangis karena kisah itu seperti kisahnya sendiri.
Karena tak tahan lagi maka gadis gembala mengajak penyapu cerobong pergi. Ketika telah sampai di lantai, mereka melihat ke arah meja, mereka melihat patung tua itu sudah bangun. Tubuhnya bergoyang-goyang karena marah. Karena mengetahui kakeknya mengejar mereka, gadis gembala jatuh terduduk dan terisak-isak.
Penyapu cerobong itu kemuadian menenangkan gadis gembala. Lalu mengajak gadis gembala bersembunyi di balik vas bunga besar di sudut ruangan. Namun gadis gembala itu menolak karena vas bunga besar itu adalah tunangan kakeknya. Maka gadis gembala itu memutuskan untuk berkelana di dunia luas. Namun penyapu cerobong berusaha mengingatkan gadis gembala bahwa jika sudah keluar, mereka tidak akan dapat ,kembali lagi karena dunia ini sangatlah luas. Namun gadis gembala itu sudah yakin akan keputusannya.
Lalu penyapu cerobong itu melihat kearah gadis gembala. Dilihatnya gadis itu memang sudah mantap, jadi ia Mengajak gadis gembala keluar melalui cerobong asap. Dibimbingnya gadis itu keluar melalui Lubang perapian. Gadis gtembala itupun mengeluh karena lubang cerobong itu sangat gelap namun, ia tetap masuk kedalam lubang perapian itu.
Dari dalam lubang perapian itu, penyapu cerobong menunjukkan sebuah bintang yang berkilauan di atas langit. Sinarnya masuk ke dalam cerobong asap, seolah menerangi jalan mereka. Mereka merambat naik pelan-pelan. pipa itu licin dan terasa seperti tak ada habisnya. Penyapu cerobong itu membantu gadisnya dengan hati-hati menunjukkan tempat-tempat dimana gadis itu dapat menapakkan kaki porselennya yang mungil. Akhirnya mereka tiba di tepi pipa cerobong dan beristirahat di sana.
Di langit, bintang-bintang bertaburan. Di bawah mereka atap-atap rumah. DAri tempat-tempat tinggi itu mereka bisa melihat jauh sekali. Gadis gembala itu tak menyangka bahwa dunia sangat luas. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu penyapu cerobong dan menangis tersedu-sedu karena takut.
Gadis gembala pun membujuk penyapu cerobong agar dapat mengantarnya kembali ke meja kecil di bawah cermin. Penyapu cerobong membujuknya, mengingatkannya pada kakeknya dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Tapi si gadis menangis sedih sehingga akhirnya penyapu cerobong menyerah.
Dengan susah payah, mereka merambat menuruni pipa cerobong dan sampai ke perapian yang gelap. Mereka bersembunyi di belakang pintu sebentar dan mengintip ke dalam. Astaga, ternyata patung lelaki Cina tua itu terbaring di lantai. Ketika mengejar mereka, patung itu Meloncat dari meja. Lalu jatuh dan pecah menjadi 3. Kepalanya menggelinding ke sudut. Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing masih berdiri ditempatnya dan memikirkan apa yang terjadi.
Gadis gembala itu merasa karena salahnyalah kakeknya pecah. Dan penyapu cerobong itu menghiburnya dengan cara memberi tahu cara membetulkan kakeknya. Lalu, mereka naik ke atas meja dan berdiri lagi di tempat semula.
Akhirnya, Patung tua itu dibetulkan oleh pemilik rumah itu. Dia menjadi utuh kembali namun tak dapat menganggukkan kepalanya lagi. Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing bersyukur karena patung tua itu utuh kembali dan dapat merestui pernikahannya dengan gadis gembala. Namun patung tua itu diam saja. Akhirnya, patung tua itu membiarkan gadis gembala dan penyapu cerobong menikah dan saling mencintai hingga mereka hancur berkeping-keping.
No comments :
Post a Comment